Sabtu, 02 April 2011

kti hubungan antara kb dengan pengetahuan












HUBUNGAN ANTARA STATUS KESEHATAN, EKONOMI,
DAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA
DI DUSUN CAMPUREJO ATAS DESA KEMBANG KUNING
KECAMATAN WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG
BULAN APRIL S.D MEI 2009






Disusun oleh :
1.      Indah Dwi Ermawati  ( 200613792 )
2.      Irfan Adityanto           ( 200613793 )
3.      Nur Khafidin              ( 200613807 )











AKADEMI KEPERAWATAN
KARYA BHAKTI NUSANTARA MAGELANG
Jl. A. Yani Gg. Barito II KM 1 Tromol Pos 2 Magelang
TAHUN 2009




HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
                       
  Telah diterima dan disetujui untuk dipertahankan dan disahkan dalam ujian akhir progam Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara Magelang, tahun akademik 2008 / 2009

Hari                 :
Tanggal           :








Pembimbing


H. Syamsudin, S.Kep, Ns




HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

  Diterima dan disahkan oleh tim penguji ujian penelitian Akademi Keperawatan Karya bhakti Nusantara Magelang :

Hari                 :
Tanggal           :

Penguji I



Selam, S.Kep, Ns


Penguji II



H. Syamsudin, S.Kep, Ns

Mengetahui,
Direktur



H. Syamsudin, S.Kep, Ns




MOTTO

  • Ketenangan hati merupakan kunci dari kedamaian
  • Tiada kata seindah doa
  • Berbuat baiklah kepada semua manusia karena kebaikan akan datang dengan sendirinya kepada kita
  • Jangan suka menunggu kesuksesan, tapi jemputlah kesuksesan dengan berdiri, bergerak, dan bersusah payah dahulu.
  • Allah SWT tidak pernah memberi impian tanpa dibarengi dengan kekuatan untuk menjadikannya kenyataan, bila kita sungguh mengingatkannya, kita pasti bisa membuat impian dan harapan itu terwujud.



PERSEMBAHAN

  Karya Tulis Ilmiah  dipersembahkan untuk :
·         Allah SWT, karena Rahmad dan HidayahNya kita diberi nikmat, kesehatan, dan kekuatan untuk menyelesaikan segala urusan di dunia ini.
·         Ibu dan bapak kami terhormat yang mencurahkan kasih sayang yang tulus dan senantiasa mengiringi setiap langkah hidup kami dengan doa untuk kami, setiap katamu adalah patuah, pernyataanmu adalah cinta, dan setiap harapanmu adalah doa.  Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasih sayangnya seperti kasih sayang yang telah kalian berikan untuk kami.
·         Kawan seperjuangan di Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang Angkatan XIII atau 2006 / 2007
·         Semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
·         Almamater kami . . .






KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA STATUS KESEHATAN, EKONOMI, DAN SOSIAL TERHADAP TINKGKAT KEMANDIRIAN LANSIA”.  Laporan penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara Magelang.
  Dalam penyusunan laporan ini penulis dapat menemui kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.      H. Syamsudin S.kep, Ns selaku direktur Akademi Keperawtan Karya Bhakti Nusantara Magelang serta pembimbing utama yang banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2.      Kepala Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kec. Windusari Kab. Magelang.
3.      Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas semua bantuan dan dukungan dalam segala bentuk serta kontribusi yang tidak kecil bagi penyeleseian studi penulis di Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara Magelang.
Penulis menyadari masik banyak kekurangan baik dari sisi materi maupun penulisan laporan penelitian ini. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya dan dengan hati terbuka penulis mengharapkan kritik, saran serta masukan yang membangun.  Mudah – mudahan laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bukan hanya pada penulis maupun lingkungan Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara Magelang saja, namun juga bagi perbaikan tingkat kesehatan pada lingkup masyarakat yang lebih luas.

Magelang,         Agustus 2009

   Penulis














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................         
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.......................................................
HALAMAN MOTTO......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I             PENDAHULUAN...................................................................
A.          Latar Belakang Masalah ....................................................
B.           Perumusan Masalah............................................................
C.           Tujuan Penelitian................................................................
D.          Manfaat Penelitian..............................................................
E.           Keaslian Penelitian..............................................................
BAB II         TINJAUAN PUSTAKA
A.          Warga Lanjut Usia..............................................................
1.      Pengertian lanjut usia....................................................
2.      Batasan lanjut usia........................................................
3.      Kebutuhan Hidup lanjut usia........................................
4.      Status Kesehatan lanjut usia.........................................
5.      Status Ekonomi lanjut usia...........................................
6.      Status Sosial lanjut usia................................................
B.           Kemandirian pada Lanjut Usia...........................................
C.           Kerangka Konsep Penelitian...............................................
D.          Hipotesis.............................................................................
BAB             III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Desain Penelitian...................................................................
B.     Populasi dan Sampel..............................................................
C.     Variabel Penelitian.................................................................
D.    Definisi Operasional..............................................................
E.     Metode Pengumpulan Data...................................................
F.      Instrumen Pengumpulan Data...............................................
G.    Teknik Pengolahan Data........................................................
BAB IV       HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian......................................................................
1.      Gambaran lokasi penelitian...........................................
2.      Gambaran status kesehatan, ekonomi, dan sosial terhadap tingkat kemandirian lansia        
3.      Distribusi frekuensi usia dan  status kesehatan, ekonomi, sosial, tingkat kemandirian lansia......................................................................................
4.      Hubungan antara status kesehatan, ekonomi, dan sosial terhadap tingkat kemandirian lansia......................................................................................
B.     Pembahasan...........................................................................
1.      Hubungan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia         
2.      Hubungan antara ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia         
3.      Hubungan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia    
C.     Keterbatasan Penelitian
BAB V            KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
  Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.
TABEL 1.1
JUMLAH DAN PROSENTASE POPULASI
LANJUT USIA DI INDONESIA TAHUN 1980 – 2002
Tahun
Jumlah Penduduk
( juta / jiwa)
Presentasi
1980
1990
2000
2002
7,7 juta / jiwa
11,3 juta / jiwa
15,1 juta / jiwa
29 juta / jiwa
5,2 %
8,9 %
9,2 %
11,4 %

  Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.






TABEL1.2
USIA HARAPAN HIDUP PENDUDUK INDONESIA
 ( BPS 2000 )
Tahun
Umur ( tahun )
1968
1980
1985
1990
1995
2000
45,70 tahun
55,30 tahun
58,19 tahun
61,12 tahun
60,05 tahun
64,05 tahun

  Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah.  Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan lanjut usia.  Setiap penduduk usia produktif akan menangggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma Anwar ( 1994 ) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 61, 93 % dan tahun 2015 menjadi 8, 74 % berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang lanjut usia yang berumur 65 tahun keatas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun keatas.  Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan – perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif.
  Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan yaitu :
1.      Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan dan kulit.
2.      Perubahan bagian dalam tubuh seperti system saraf, otak, isi perut : limpa, hati.
3.      Perubahan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa.
4.      Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar  keterampilan baru.
  Perubahan – perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka, sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari – hari.  Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT ( Survey Kesehatan Rumah Tangga ) masih tinggi.  Angka kesakitan lansia di Indonesia, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :





TABEL 1.3
ANGKA KESAKITAN PENDUDUK LANSIA
DI INDONESIA
Tahun
Usia ( tahun )
Prosentase ( % )
1980
55 ke atas
25,7
1986
55 ke atas
15,1
1995
45 - 59
11,6

  Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpangaruh pada kondisi psikis. Perubahan penampilan menurunnya fungsi panca indera menyebabkan lanjut usia rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi.  Pada umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara lain :
1.   Longgarnya kegiatan dalam pengasuh anak – anak karena anak – anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit.
2.   Berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktivitas di luar rumah.
3.   Kurangnya aktivitas sehingga waktu luang bertambah banyak.
4.   Meninggalnya pasangan hidup.
5.   Anak – anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan untuk bekerja.
6.   Anak – anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri.
  Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia.  Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri.  Kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi yang menyebabkan orang lanjut usia tidak bekerja mencukupi kebutuhan hidunya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat.
  Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial.  Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif.  Disisi lain, mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari – hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan gizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Sedangkan penghasilan mereka antara lain pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga.  Bagi lanjut usia yang memiliki masa dan tabungan yang cukup maka untuk memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas.  Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka dari bantuan keluarga, kerabat dan orang lain. Dengan demikian maka status ekonomi orang lanjut usia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan.  Keadaan tersebut akan mengakibatkan orang lanjut usia tidak mandiri, dan tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan pemerintah.
 

Banyak lanjut usia dengan sia – sia mencari suatu bentuk pekerjaan.  Upaya untuk mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami kesulitan, karena berbagai lowongan pekerjaan diberbagai media masa selalu menghendaki tenaga kerja denan pendidikan tinggi, penampilan menarik, energik, loyalitas tinggi dan usia maksimal yang dikehendaki pada umumnya 25 – 30 tahun.  Kurangnya pasaran kerja, membuat mereka tidak mampu bersaing dengan orang – orang yang lebih muda dan berpendidikan.  Disamping itu menurunnya kondisi fisik yang tidak mungkin dapat menyesuaikan dengan pekerjaan – pekerjaan yang memegang prinsip efektifitas dan kualitas serta kuantitas yang tinggi ikut berpengaruh.  Dengan demikian pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia semakin berada pada garis kemiskinan dan saling tergantung pada generasi muda.
  Hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang, kebutuhan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit untuk memikirkan orang tua.  Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian keperawatan terhadap terhadap orang tua.  Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia dimasa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian.  Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial.  Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat serta mengisi pembangun salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain.  Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang.
  Bertitik tolak dari alur pikir di atas, maka muncul pertanyaan bagi peneliti,   faktor – faktor apakah yang dominan mempengaruhi kemandirian lansia

B.     Perumusan Masalah
  Berdasarkan pertanyaan – pertanyaan di atas tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini  dapat dirumuskan :
1.      Apakah status kesehatan, ekonomi dan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian orang lanjut usia ?
2.      Status  manakah  yang  berpengaruh  secara  dominan  terhadap  kemandirian orang lanjut usia ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
  Untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara faktor kesehatan, ekonomi dan hubungan sosial terhadap tingkat kemandirian lanjut usia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui tingkat kesehatan, ekonomi, sosial, dan tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.
b.      Mengetahui hubungan antara tingkat kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial terhadap kemandirian lanjut usia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.

D.    Manfaat Peneltian
1.      Sumbangan pemikiran bagi tenaga – tenaga keperawatan untuk mengatasi masalah – masalah kemandirian lansia.
2.      Hasil penelitian ini dapat maenjadi acuan bagi pengurus lanjut usia untuk mengatasi persoalan – persoalan hidupm lanjut usia agar merekaa dapat hidup mandiri.
3.      Hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar untuk penelitian lanjut usia berikutnya.


E.     Keaslian Penelitian
Penelitian tentang lanjut usia ini, sudah pernah diteliti oleh :
1.      Subirahayu, tanggal 3 Mei 2008 di Dusun Kalitekuk Semen Wonosari Gunung Kidul, Yogyakarta.
Judul   : Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kemunduran Fisik Lansia
2.      Dewi Wijayanti, tanggal 3 Maret 2008 di Bantul Yogyakarta.
Judul   : Hubungan Antara  Dukungan  Keluarga  dengan  Tingkat Kepatuhan  Lansia.
3.      Admin, tanggal 20 Juli 2008.
Judul   : Hubungan    Kecerdasan   Emosi   dengan   Kecemasan   Menghadapi  Pensiun Pada Pegawai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Warga Lanjut Usia
1.      Pengertian Lanjut Usia
  Lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Budi Anna Keliat, 1999 ).
  Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ( UU No. 3 tahun 1998 ).

2.      Batasan – Batasan Lanjut Usia
  UU.  No.  3 tahun 1998 ( cit Maryam, 2008 ), batasan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.  Menurut WHO ( cit Nugroho, 2000 ), mengatakan sebagai berikut :
No
Umur ( tahun )
Batasan
1.
45 – 59
Usia Pertengahan ( Middle Age )
2.
60 – 74
Lanjut Usia ( Elderly )
3.
75 – 90
Lanjut Usia Tua ( Old )
4.
> 90
Usia Sangat Tua ( Very Old )





  Mohammad ( cit Nugroho, 2000 ), membagi tingkat perkembangan manusia sebagai berikut :  
No
Umur ( tahun )
Batasan
1.
0 – 1
Masa Bayi
2.
1 – 6
Masa Pra Sekolah
3.
6 – 10
Masa Sekolah
4.
10 – 20
Masa Pubertas
5.
40 – 65
Masa Setengah Umur ( Prasenium )
6.
> 60
Masa Lanjut Usia ( Senium )

  Jos Madani ( cit Nugroho, 2000 ), mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.  Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian / fase yaitu sebagai berikut :
No
Umur ( tahun )
Batasan
1.
25 – 40
Fase Juventus
2.
40 – 55
Fase Ferilitas
3.
55 – 65
Fase Prasenium
4.
65 – mati
Fase Senium

  Dari empat batasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli mayoritas mengatakan batasan usia lanjut adalah              > 60 tahun.


3.      Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
  Setiap orang memiliki kebutuhan hidup, demikian pula orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera, antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tenteram dan aman, kebutuhan sosial seperti bersosialisasi pada semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.  Kebutuhan tersebut sejalan diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
  Menurut pendapat Maslow ( cit Koswara, 1991 ), menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi : Kebutuhaan Fisik ( Physiological         Needs ), yaitu kebutuhan fisik atau biologi seperti pangan, sandang, papan, seks, dan sebagainya.  Kebutuhan Ketenteraman ( Safety Needs ), yaitu kebutuhan akan rasa keamanan dan ketenteraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian.  Kebutuhan Sosial ( Social Needs), adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi, profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi, dan lain – lain.  Kebutuhan Harga Diri ( Esteem Needs ), adalah kebutuhan akan harga diri untuk diketahui akan keberadaannya.  Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs ), adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani, maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing – masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

4.      Status Kesehatan Orang Lanjut Usia
a.       Status Mental ( Masalah Emosional )
  Menurut Nugroho ( 2000 ), terdapat beberapa gangguan mental pada orang lanjut usia, antara lain :
1)      Kemarahan
  Adalah rasa tidak senang yang kuat karena konflik / pertentangan.  Gejalanya adalah bicara sembarangan, sikap bicara buruk, menolak ikut dalam perawatan, menolak makan dan minum, melempar makanan / barang, mengacaukan peralatan pengobatan sendiri ( misal : mencabut infus ).
2)      Kecemasan
  Adalah perasaan yang tidak menyenangkan / ketakutan yang tidak jelas dan hebat.  Gejalanya adalah bicara cepat, meremas – remas tangan, berulang – ulang bertanya, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyimpan informasi yang diberikan, gelisah, keluhan badan, kedinginan dan telapak tangan lembab.
3)      Kekacauan Mental
  Adalah sifat / keadaan yang membingungkan, ketidakmampuan / ketidaksanggupan untuk memahami, merangkai kata / peristiwa secara khusus.  Gejalanya adalah tidak dapat mengidentifikasi waktu ,tempat, dan orang, tampak mengantuk sepanjang hari, menurunnya perhatian, daya ingat terganggu, tidak mampu menyimpan informasi, kacau pada waktu malam, gelisah, banyak gerak tanpa tujuan.
4)      Penolakan
  Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan / kebutuhan pada kejadian nyata / sesuatu yang merupakan ancaman.  Gejalanya adalah tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan, keterangan yang diberikan, mengubah ketentuan yang diberikan, menolak membicarakan perawatan, menolak ikut serta dalam perawatan dirinya, menolak nasehat.
5)      Ketergantungan
  Adalah meletakkan kepercayaan pada orang lain / benda lain, untuk bantuan yang terus – menerus, penenteraman hati serta pemenuhan kebutuhan.  Gejalanya adalah menolak ikut dalam perawatan diri, meminta perawat melakukan yang sanggup ia lakukan, sering meminta perawat masuk kamar, sering mengatakan bahwa ia merasa tidak berguna dan tidak mampu, menolak mempelajari cara baru, menolak / tidak mampu mengambil keputusan, meminta tidak untuk dipindahkan.


6)      Depresi ( Sedih )
  Adalah perasaan sedih dan pesimis dengan suatu penderitaan, berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri dan marah yang dalam.  Gejalanya adalah pandangan kosong, kurang perhatian, inisiatif menurun, tidak mampu berkonsentrasi, aktifitas menurun, kurang nafsu makan, tidak enak badan, capai, sedih, susah tidur di malam hari.
7)      Ketakutan
  Adalah reaksi emosional yang diakui sebagai sumber di luar / di dalam bahaya.  Gejalanya adalah penolakan terhadap pengobatan, sering membunyikan bel, membuat permintaan yang tidak perlu, menangis, agresif, ada tekanan aneh di dalam perut, keluhan – keluhan somatik.
8)      Kehilangan
  Adalah peristiwa hilangnya sesuatu / seseorang yang sangat bernilai bagi seseorang.  Penyebab kehilangan disebabkan karena kehilangan fungsi seks, kontrol usus, hilangnya gambaran diri / citra diri, hilangnya seseorang yang sangat dekat, kehilangan barang berharga.  Gejalanya adalah merasa syok / terpukul dan tidak percaya ( tahap I ), munculnya kesadaran peristiwa kehilangan : tingkah laku penyesuaian ( tahap II ), pulih kembali, ingat kembali kejadian ( tahap III ).

9)      Gangguan Sensorik / Indera
  Adalah perubahan persepsi derajat serta jenis reaksi seseorang yang diakibatkan oleh meningkatnya / menurunnya atau hilangnya rangsangan indera.  Gejalanya adalah halusinasi / waham, menarik diri, bermusuhan, mencaci, perasaan tidak adekuat, suka menangis, bingung / disorientasi waktu, tempat dan orang, gangguan indera penciuman, perabaan, penglihatan, pendengaran, gangguan psikomotor, bosan dan gelisah.
b.      Status Gizi
                        BB
IMT       =    
                    TB x TB

 
  Menurut Fakesmas UI ( 2004 ) status gizi dapat diukur dengan menggunakan IMT ( Indeks Masa Tubuh ) yaitu pengukuran yang menggunakan ratio antara berat badan ( kg ) dan tinggi badan      ( m ) kuadrat untuk menentukan apakah seseorang mengalami kegemukan atau obesitas yang dihitung dengan rumus :



 



Status Gizi
Wanita
Laki – laki
Normal
17 – 23
18 – 25
Kegemukan
23 – 27
25 – 27
Obesitas
> 27
> 27

BB = Berat Badan ( kg ), TB = Tinggi Badan ( m )
  IMT yang normal antara 18 – 25.  Seseorang dikatakan kurus apabila IMT–nya < 18 dan gemuk apabila IMT–nya > 25.  Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya orang tersebut juga menderita penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinik maupun laboratorium.

BBI = ( TB – 100 ) – 10 % ( TB – 100 )

 
  Untuk mengetahui Berat Badan Ideal dapat menggunakan rumus Broscca yaitu sebagai berikut :
 

Batas ambang yang diperbolehkan adalah ± 10 %.  Apabila > 10 % sudah kegemukan dan bila di atas 20 % sudah terjadi obesitas.
  Status gizi yang dimonitor menggunakan KMS usia lanjut           ( 1998 ), Grafik Indeks masa Tubuh normal adalah 18,5 – 25. Grafik Indeks Masa Tubuh  ( terlampir ).
c.       Pemeriksaan Fisik
  Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital seperti pemeriksaan tekanan darah. Orang lanjut usia dikatakan mempunyai tekanan darah yang normal apabila pada tekanan darah sistolik 120 – 160 mmHg, dan tekanan darah diastolik ≤ 90 mmHg
  Menurut Nugroho ( 2000 ), tekanan darah tinggi pada lanjut usia dibedakan atas :
1)      Hipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan / ataau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
2)      Hipertensi sistolik terisolasi yaitu apabila tekanan darah sistolik    > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg.
d.      Pemeriksaan Tambahan
  Pemeriksan tambahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi penderita, tingkat keahlian pemeriksa ( perawat / dokter umum / dokter spesialis ), tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin usia lanjut. Di negara industri maju, yang dianggap rutin pada usia lanjut adalah :
1)      Foto thorak, EKG
2)      Laboratorium : darah / urine / feces rutin, gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal.
  Pemeriksaan tambahan pada KMS lanjut usia ( 1998 ), pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan oleh orang lanjut usia adalah :
1)      Hemoglobin
HB normal adalah pada laki – laki ≥ 13 g% dan pada perempuan    ≥ 12 g%, Talquist ≥ 70 %
2)      Reduksi Urine
3)      Protein Urine


e.       Pemeriksaan Fungsi
  Pelaksanaan asesmen fungsi fisik dan psikis penderita dapat dibagi beberapa jenis, yaitu :
1)      Aktifitas hidup sehari – hari ( AHS Dasar ), yang hanya memerlukan kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi / WC, dll.
2)      Aktivitas hidup sehari – hari instrumental ( AHS Instrumental ), yang selain memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi kemampuan otot, sususnan syaraf yang lebih rumit, juga kemampuan berbagai organ kognitif lain, misalnya menulis, membaca, membersihkan rumah, dll.
3)      Kemampuan mental dan kognitif, terutama menyamgkut fungsi intelek, memori lama, dan memori tentang hal – hal yang baru saja terjadi.

5.      Status Ekonomi Lansia
  Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang produktif.  Menurut Trimarjono ( 1997 ), secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a.       Golongan Mantap
  Yaitu para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan atau jabatan baik.  Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
b.      Golongan Kurang Mantap
  Adalah lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi, tetapi sempat mengadakan investasi pada anak – anaknya.
c.       Golongan Rawan
  Yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika tugas datang, akan mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan.

  Secara ekonomis juga dapat diukur melalui beberapa tahapan keluarga, yaitu :
a.       Keluarga Pra Sejahtera
  Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal.  Misalnya : kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.  Atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu / lebih kebutuhan dasar sebagai berikut :
1)      Melaksanakan ibadah menurut agamanya masing – masing anggota keluarga.
2)      Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali.
3)      Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk aktifitas di rumah, sekolah, dan bepergian.
4)      Lantai rumah terluas bukan dari tanah.
5)      Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke pelayanan kesehatan.
b.      Keluarga Sejahtera
Pada keluarga sejahtera terdapat empat tahap keluarga, yaitu :
1)      Keluarga Sejahtera Tahap I
  Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis.  Indikator kaluarga sejahtera tahap I yaitu sama dengan keluarga pra sejahtera.
2)      Keluarga Sejahtera Tahap II
  Keluarga di samping talah memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, juga telah memenuhi kebutuhan psikologisnya, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.  Seperti : menabung dan memperoleh informasi.  Indikator keluarga sejahtera tahap I, ditambah :
a)      Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing – masing.
b)      Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
c)      Anak usia 7 – 15 tahun bersekolah saat ini.
3)      Keluarga Sejahtera Tahap III
  Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, dan pengembangan keluarganya tapi belum dapat memeberikan sumbangan                  ( kontribusi ) yang maksimal pada masyarakat secara teratur.  Indikator keluarga sejahtera tahap II, ditambah :
a)      Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b)      Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
c)      Ikut serta kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
d)     Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
e)      Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah.
f)       Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang satu kali dalam 6 bulan.
4)      Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
  Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada masyarakat.

6.      Faktor Hubungan Sosial Pada Lanjut Usia
  Pada penelitian ini difokuskan pada kemampuan untuk komunikasi baik dalam penyampaian pesan maupun penerimaan pesan.  Penyebab masalah komunikasi pada orang lanjut usia adalah gangguan panca indera khususnya penglihatan dan pendengaran, perubahan neurologis, misalnya dimensia dan aphasia, faktor lingkungan dan sosial budaya seperti isolasi sosial akibat gangguan panca indera.
a.       Kontak mata dengan level mata yang sama tinggi.
b.      Jarak yang nyaman ( sepenggalan tangan ).
c.       Membungkuk ke arah pasien.
d.      Posisi tubuh terbuka dan nyaman.
e.       Pandangan jujur dan ikhlas.

  Gangguan – gangguan yang menyebabkan timbulnya masalah komunikasi pada lansia, yaitu :
a.       Gangguan Panca Indera
1)      Gangguan Penglihatan
  Mata dan kemampuan penglihatan dikaji secara  lengkap pada pasien, khususnya kemungkinan melihat.  Penglihatan yang adekuat membantu komunikasi yang lancar.  Kemampuan lihat       ( visus ) yang perlu dikaji adalah visus kedua mata, jarak baca.  Biasanya usia lanjut memerlukan kaca mata untuk baca dan berjalan.  Kurang dari 6 % dari usia lanjut yang dapat membaca tanpa bantuan kaca mata ( Wrigt, 1988 ).  Penelitian menggambarkan bahwa patah tulang dan jatuh berhubungan erat dengan berkurangnya pengetahuan.
2)      Gangguan Pendengaran
  Kemampuan dengar berkurang sesuai dengan proses menua, tetapi tidak semua pasien.  Kehilangan pendengaran berkurang secara bertahap sehingga pasien tidak sadar bahwa ia sudah tidak mendengar / kurang mendengar.  Gejala yang dikaji adalah respon yang tidak sesuai dengan pernyataan dan pendapat, selalu mengulang pertanyaan, mendekatkan satu telinga ke arah lawan bicara, nada dan volume suara meningkat, rasa takut, marah, dan bermusuhan, curiga.
b.      Gangguan Neurologis
  Dimensia dan aphasia disebabkan oleh perubahan fisiologis dan fungsi neurologis.  Perubahan neurologis menimbulkan kekecewaan pada pasien dan keluarga.  Gejala yang ditemukan adalah disorientasi, daya ingat menurun, bingung, respon lambat, aphasia expressive dan aphasia receptive.
  Aphasia Expressive adalah kondisi dimana pasien dapat mendengar dan mengerti perkataan orang lain tetapi tidak mengeluarkan kata – kata.  Situasi ini menimbulkan perasaan tegang, takut, dan frustasi.
  Aphasia Receptive adalah keadaan dimana pasien tidak dapat mendengar tetapi dapat mengeluarkan suara yang tidak mempunyai arti.  Pasien tidak menyadari bahwa perkataannya tidak jelas dan tidak koheren.  Keadaan ini menimbulkan rasa marah, jengkel, dan frustasi pada lawan bicara karena pasien tidak mendapat respon yang diharapkan.

c.       Faktor Lingkungan Dan Sosial Budaya
  Lingkungan sosial pasien usia lanjut berubah.  Anak telah mempunyai keluarga sendiri, pasangan yang sudah tiada, teman sebaya yang sudah berkurang.  Yang tetap adalah lingkungan fisik rumah tangga.  Situasi ini bertambah buruk jika pasien tidak mampu untuk keluar rumah.  Stimulasi sosial yang berkurang dapat mengakibatkan isolasi dengan gejala menangis, depresi, daya ingat kurang, halusinasi, delusi, dan paranoid.
  Latar belakang sosial budaya pasien perlu diperhatikan agar perawat dapat merencanakan tindakan keperawaatan yang tepat.  Daerah transmigrasi mungkin dihuni oleh penduduk dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda.  Semua aspek tersebut akan mempengaruhi tindakan keperawatan, khususnya teknik komunikasi.

B.     Kemandirian Pada Lanjut Usia
  Kemandirian bagi lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup.  Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari ( AKS ). Menurut Setiati ( 2002 ) ada dua yaitu :
1.      AKS standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar atau kecil, dan mandi.
2.      AKS instrumental meliputi aktifitas yang komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.
  Menurut Datmojo, penilaian fungsi aktifitas hidup sehari – hari           ( AHS ) ada dua yaitu :
1.      Aktifitas hidup sehari – hari dasar ( basic activity of daily living )
  Makan, berpakaian, bergerak / ambulasi, bersih tempat / transfer ( dari tempat tidur ke kamar mandi ), BAK / kontinen, berdandan / grooming, berkomunikasi.
2.      Aktifitas hidup sehari – hari instrumental ( instrumental ADL )
  Menulis, membaca, membersihkan rumah, berbelanja, mencuci, menyetrika pakaian, naik turun tangga, gunakan telepon, menangani       obat – obatan, menangani keuangan, mampu tangani pembayaran pembantu / pekerjaan luar rumah ( misal berkebun ), mampu pergi jauh     ( dengan kendaraan umum / ke luar kota ).

  Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini.  Ini didasarkan pada status actual dan bukan pada kemampuan.  Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.





No
Aspek
Mandiri
Tergantung
1.
Mandi
( spon, pancuran atau bak )
Bantuan hanya pada satu bagian tubuh ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.
2.
Berpakaian
Mengambil baju dari clossed dan laci, berpakaian, melepaskan pakaian, mengikat, mengatur pengikat, melepas ikatan sepatu.
Tidak memakai baju sendiri atau sebagian masih tidak menggunakan pakaian.
3.
Ke Kamar Kecil
Masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan baju, membersihkan organ – organ ekskresi    ( dapat mengatur pispot sendiri, yang digunakan hanya malam hari ).
Menggunakan pispot atau menerima bantuan dalam masuk dan menggunakan toilet.
4.
Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri        ( dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan mekanis ).


Bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan / atau kursi, tidak melakukan satu atau lebih perpindahan.
No
Aspek
Mandiri
Tergantung
5.
Kontinen
Berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.
Inkontinensia persial atau total pada perkemihan atau defekasi, kontrol total atau parsial dengan kateter atau penggunaan urinal dan / atau pispot teratur.
6.
Makan
Mengambil makanan dari piring atau keseksamaan memasukkannya ke mulut        ( memotong – motong daging dan menyiapkan makanan, seperti mengolesi roti dengan mentega, tidak dimasukkan dalam evaluasi ).
Bantuan dalam hal makan, tidak makan sama sekali, atau makan secara parenteral.
                                               
            ( Lueckenotte, Annette Giesler, 1997 )
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
  Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu menggambarkan hubungan status kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial, terhadap kemandirian orang lanjut usia di Dusun Campurejo Atas, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

B.     Populasi Dan Sampel Penelitian
1.   Populasi
  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang lanjut usia di Dusun Campurejo Atas, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
2.   Sampel
  Sampel penelitian yang ditentukan adalah seluruh total sampel, terutama dengan teknik consecutive sampling yaitu memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti ( Hidayat, 2003 ).
a.       Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1)      Lanjut usia yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun.
2)      Lanjut usia yang bertempat tinggal di Dusun Campurejo Atas, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
3)      Lanjut usia bersedia menjadi responden.
b.      Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1)      Lanjut usia yang berusia lebih dari 75 tahun.
2)      Lanjut usia yang tidak berada dalam tempat ketika dilakukan penelitian.
3)      Lanjut usia dalam kondisi sakit parah / terminal.
4)      Lanjut usia yang sakit tetapi bukan karena proses ketuaan.
5)      Lanjut usia yang tidak brsedia menjadi responden.

C.    Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian.  Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu variabel independent dan dependent.
1.   Variabel Bebas ( Independent Variable ), yaitu status kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial.
2.   Variabel Terikat ( Dependent Variable ), yaitu kemandirian orang lanjut usia.


D.    Definisi Operasional


Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil
Ukuran
Skala
Ukur
Status Kesehatan
Kondisi kesehatan yang diukur dari status. KMS
1.      Angket
2.      Observasi
3.      Pemeriksaan

1.      Sehat
2.      Kurang Sehat
3.      Tidak Sehat
Ordinal

Status Ekonomi
Kondisi ekonomi yang diukur dengan parameter keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera
1.      Angket
2.      Observasi
1.      Keluarga Pra Sejahtera
2.      Keluarga Sejahtera I
3.      Keluarga Sejahtera II
4.      Keluarga Sejahtera III
5.      Keluarga Sejahtera III Plus
Ordinal
Status Hubungan Sosial
Kondisi sosial yang diukur dengan kemampuan berkomunikasi dalam penyampaian maupun penerimaan pesan


1.      Angket
2.      Observasi

1.      Aktif
2.      Kurang Aktif
3.      Tidak Aktif
Ordinal


Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil
Ukuran
Skala
Ukur
Kemandi– rian
Kegiatan atau aktifitas responden sehari – hari baik dasar maupun instrumental
1.      Angket

1.      Mandiri
2.      Sebagian Mandiri
3.      Tidakn Mandiri
Ordinal


E.     Pengumpulan Data Penelitian
  Pada penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur angket / observasi yang akan dibagikan kepada responden untuk mengetahui tingkat / status kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial terhadap tingkat kemandirian lanjut usia.  Setelah mendapatkan gambaran mengenai masing – masing variabel, maka akan diketahui hubungan antara status kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial terhadap tingkat kemandirian lanjut usia di Dusun Campurejo Atas, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

F.     Instrumen Penelitian
  Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa angket / observasi ( terlampir ), yang diharapkan akan dijawab responden.  Angket akan dibuat sendiri oleh peneliti, yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A, berupa pertanyaan yang akan dijawab oleh responden meliputi status kesehatan, status ekonomi, maupun hubungan sosial yang terdiri dari :

1.      Opsi status kesehatan, terdiri dari 5 pertanyaan.
2.      Opsi status ekonomi, terdiri dari 8  pertanyaan.
3.      Opsi status hubungan sosial, terdiri dari  9  pertanyaan.
  Bagian B merupakan angket yang digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pada lanjut usia yang terdiri dari 12 pertanyaan.

G.    Pengolahan Data Penelitian
  Pengolahan data penelitian akan dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :
  1. Editing
Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner yang meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan penelitian, dan konsistensi dari setiap jawaban.  Editing dilakukan segera setelah peneliti menerima angket yang telah diisi oleh responden sehingga apabila terjadi kesalahan data dapat segera diperbaiki.
  1. Coding
Coding yaitu memberikan kode berupa nomor pada setiap jawaban yang diisi oleh responden.  Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pengolahan dan analisa data.
  1. Scoring
Scoring adalah langkah pemberian nilai atau bobot terhadap jawaban responden sehingga dapat menghasilkan jawaban dari variabel.

  1. Tabulating
Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan kategori yang telah dibuat untuk tiap sub variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
  1. Entry Data
Entry Data, yaitu memasukkan data sesuai dengan kategori yang telah dibuat kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS melalui analisis Chi-Square.
  1. Cleaning
Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan dalam data.
 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
1.      Gambaran Lokasi Penelitian
  Dukuh Campurejo Atas merupakan suatu dukuh yang berlokasi di Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.  Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan pada tanggal                        20 April – 16 Mei 2009 mengenai hubungan status kesehatan, status ekonomi, dan status sosial dengan tingkat kemadirian lansia di Dukuh Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang, maka didapatkan hasil yang peneliti sajikan dalam bentuk narasi dan tabel.  Penelitian ini didasarkan data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner yang dilakukan oleh para lansia sejumlah 22 responden dan data yang didapatkan dari pendataan penduduk Dusun Campurejo Atas.

2.      Gambaran status kesehatan, ekonomi, sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Magelang
  Hasil analisis mengenai gambaran status kesehatan, ekonomi, sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas menunjukkan bahwa status kesehatan pada lansia di Desa Kembang Kuning sehat yaitu 21 %, status ekonomi berada pada keluarga sejahtera tahap I yaitu 32 %, status sosial pada kategori aktif yaitu 26 %, dan tingkat kemandirian lansia dengan kriteria kurang mandiri yaitu 21 %.  Hasil tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram pie sebagai berikut :








Grafik 1.  Gambaran status kesehatan, ekonomi, sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kabupaten Magelang.

3.      Distribusi frekuensi usia dan status kesehatan, ekonomi, sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Magelang
a.       Distribusi frekuensi usia dan status kesehatan lansia
  Hasil analisis deskriptif berdasarkan usia dan status kesehatan lansia penulis sajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Usia dan Status Kesehatan Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Usia
Status Kesehatan

Total
Sehat
Kurang Sehat
Sakit
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
60 – 65
66 – 70
71 – 75
8
4
0
36,4
18
0,00
1
3
5
4,5
13,6
22,7
0
1
0,00
0,00
4,5
0,00
9
8
5
40,8
36,4
22,7
Total
12
54,5
9
40,8
1
4,5
22
100

  Berdasarkan tabel 4.1 sebagian ( 36,4 % ) lansia dengan status kesehatan sehat berusia 60 – 65 tahun, sedangkan 22,7 % lansia kurang sehat berusia 71 – 75 tahun. Dalam data di atas terdapat 13,6 % lansia kurang sehat berusia 66 – 70 tahun.


b.      Distribusi frekuensi usia dan status ekonomi lansia
  Hasil analisis deskriptif berdasarkan usia dan status ekonomi lansia penulis sajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Usia dan Status Ekonomi Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Usia
Status Ekonomi

Total
Pra Sejahtera
Sejahtera Tahap I
Sejatera Tahap II
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
60 – 65
66 – 70
71 – 75
2
1
0
9
4,5
0,00
7
7
4
31,8
31,8
18
0
0
1
0,00
0,00
4,5
9
8
5
40,8
36,4
22,7
Total
3
13,5
18
81,6
1
4,5
22
100

  Berdasarkan tabel 4.2 sebagian ( 63,6 % ) lansia yang berusia       60 – 70 tahun mempunyai status ekonomi dengan keluarga sejahtera tahap I dan terdapat 1 Lansia ( 4,5 % ) berusia antara 71 – 75 pada tahap sejahtera tahap II.






c.       Distribusi frekuensi usia dan status sosial lansia
  Hasil analisis deskriptif berdasarkan usia dan status sosial lansia penulis sajikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Usia dan Status Sosial Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Usia
Status Sosial

Total
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
60 – 65
66 – 70
71 - 75
9
6
0
40,9
27,2
0,00
0
1
5
0,00
4,5
22,7
0
1
0
0,00
4,5
0,00
9
8
5
40,9
36,4
22,7
Total
15
68,1
6
27,2
1
4,5
22
100

  Berdasarkan tabel 4.3 sebagian ( 40,9 % ) lansia yang berusia       60 – 65 tahun mempunyai status sosial yang aktif dan terdapat 4,5 % lansia berusia 66 – 70 tahun tidak aktif dalam status sosialnya dikarenakan gangguan kesehatan.






d.      Distribusi frekuensi usia dan tingkat kemandirian lansia
  Hasil analisis deskriptif berdasarkan usia dan tingkat kemandirian lansia penulis sajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Usia dan Tingkat Kemandirian Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Usia
Tingkat Kemandirian

Total
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
60 – 65
66 – 70
71 - 75
7
3
0
31,8
13,6
0,00
2
5
5
9
22,7
22,7
0
0
0
0,00
0,00
0,00
9
8
5
40,9
36,4
22,7
Total
10
45,5
12
54,5
0
0,00
22
100

  Berdasarkan data pada tabel 4.4 sebagian ( 31,8 % ) lansia yang berusia 60 – 65 tahun mempunyai tingkat kemandirian mandiri, dan terdapat  9 % yang kurang mandiri.


4.      Hubungan antara status kesehatan, ekonomi, sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Magelang
a.       Hubungan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia
  Hasil tabel silang hubungan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia dari sejumlah 22 lansia penulis sajikan pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Hubungan Status Kesehatan Terhadap Tingkat Kemandirian Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Status Kesehatan
Tingkat Kemandirian

Total
Mandiri
Kurang Mandiri
Tergantung
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Sehat
Kurang Sehat
Tidak sehat
10
0
0
45,5
0,00
0,00
2
9
1
9
40,9
4,5
0
0
0
0,00
0,00
0,00
12
9
1
54,4
40,9
4,5
Total
10
45,5
12
54,5
0
0,00
22
100

  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan status kesehatan lansia sebagian besar ( 54,5 % ) sehat yaitu 12 lansia terdiri dari 10 lansia ( 45,5 % ) dengan tingkat kemandirian mandiri, 2 lansia ( 9 % ) dengan tingkat kemandirian kurang mandiri, yang kurang sehat sebanyak 9 lansia ( 40,9 % ) dan sakit 1 lansia ( 4,5 % ) dengan tingkat kemandirian kurang mandiri.
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 15,278 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung > chi-square tabel ( 15,278 > 5,991 ) yang berarti ada hubungan signifikan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia.

b.      Hubungan antara status ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia
  Hasil tabel silang hubungan antara status ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia dari sejumlah 22 lansia penulis sajikan pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Hubungan Status Ekonomi Terhadap Tingkat Kemandirian Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Status Ekonomi
Tingkat Kemandirian

Total
Mandiri
Kurang Mandiri
Tergantung
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Pra Sejahtera
Sejahtera Tahap I
Sejahtera Tahap II
3
7

0
13,6
31,8

0,00
0
11

1
0,00
50,0

4,5
0
0

0
0,00
0,00

0,00
3
18

1
13,6
81,8

4,5

Total
10
45,4
12
54,5
0
0,00
22
100

  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan status ekonomi lansia sebagian besar ( 81,8 % ) yaitu 18 lansia dengan status ekonomi sejahtera tahap I terdiri dari 7 lansia ( 31,8 % ) dengan tingkat kemandirian mandiri, 11 lansia ( 50 % ) dengan tingkat kemandirian kurang mandiri.
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 4,746 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung < chi-square tabel ( 4,746 < 5,991 ) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara status ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia.

c.       Hubungan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia
  Hasil tabel silang hubungan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia dari sejumlah 22 lansia penulis sajikan pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Hubungan Status Sosial Terhadap Tingkat Kemandirian Lansia
Di Dukuh Campurejo Atas, Kecamatan Windusari 2009

Status Sosial
Tingkat Kemandirian

Total
Mandiri
Kurang Mandiri
Tergantung
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
10
0
0
45,4
0,00
0,00
5
6
1
22,7
27,3
4,5
0
0
0
0,00
0,00
0,00
15
6
1
68,2
27,3
4,5
Total
10
45,5
12
54,5
0,00
0,00
22
100


  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan status sosial lansia sebagian besar ( 68,2 % ) yaitu 15 lansia dikategorikan pada status social aktif terdiri dari 10 lansia ( 45,5 % ) dengan tingkat kemandirian mandiri, 5 lansia ( 22,7 % ) dengan tingkat kemandirian kurang mandiri.  Lansia dengan status social kurang aktif berada pada tingkat kemandiriran kurang mandiri sebanyak 6 lansia ( 27,3 % ) dan terdapat 1 lansia ( 4,5 % ) yang tidak aktif dengan tingkat kemandirian kurang mandiri.
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 8,556 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung > chi-square tabel (8,556 > 5,991 ) yang berarti ada hubungan signifikan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia.

B.     Pembahasan
1.      Analisis Univariat
  Berdasarkan pada status kesehatan lansia menunjukkan bahwa sebagian besar ( 54,5 % ) lansia berada pada status kesehatan sehat, kurang sehat ( 40,9 % ), sakit ( 4,5 % ).  Berdasakan status ekonomi menunjukkan bahwa sebagian besar ( 81,8 % ) lansia dengan status ekonomi pada keluarga tahap I, lansia dengan keluarga prasejahtera ( 13,6 % ), pada sejahtera tahap II ( 4,5 % ).  Berdasarkan pada status sosial lansia sebagian besar ( 68,2 % ) berada pada kategori aktif, kurang aktif ( 27,3 % ), yang tidak aktif ( 4,5 % ).

2.      Analisis Bivariat
a.       Hubungan Status Kesehatan Dengan Tingkat Kemandirian
  Lanjut usia yang meniliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang sehat.  Dari data yang didapatkan, lansia yang mempunyai tingkat kemandirian mandiri yaitu 45,5 % adalah mereka yang mempunyai status kesehatan yang sehat.
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 15,278 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung > chi-square tabel ( 15,278 > 5,991 ) yang berarti ada hubungan signifikan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia.
  Adanya hubungan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia, kesehatan sangat mempengaruhi segala aktifitas lansia.  Dengan kesehatan yang baik mereka bisa melakukan aktifitas apa saja dalam kehidupannya sehari – hari seperti merawat dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi.  Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiati ( 2000 ) bahwa kemandirian bagi lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari ( AKS ).  Jenis AKS ada 2, yaitu :
-          AKS standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar atau kecil dan mandi.
-          AKS instrument meliputi aktifitas yang komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.

b.      Hubungan Status Ekonomi Dengan Tingkat Kemandirian
  Salah satu faktor yang mempengaruhi status ekonomi lansia yaitu pendapatan dan pekerjaan.  Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan sesuatu ( Sumarjo, 1997 ).  Dengan bekerja mereka akan memperoleh beberapa keuntungan yaitu selain mendapatkan penghasilan mereka dapat mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang berguna, sehingga aktifitas fisik dan psikis tetap berjalan.
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 4,746 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung < chi-square tabel ( 4,746 < 5,991 ) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara status ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia.
 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Cici ( 2001 ) tentang faktor penentu lansia bekerja. Dikatakan bahwa lansia yang masih aktif bekerja karena berbagai alasan, diantaranya karena desakan ekonomi.  Dengan masih bekerja berarti mereka masih dapat menghidupi dirinya sendiri.  Dalam kondisi seperti ini mereka memusatkan perhatian pada usaha untuk menghasilkan uang sehingga minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin mereka beli akan tetapi untuk sekedar menjaga agar mereka tetap mandiri.

c.       Hubungan Status Sosial Dengan Tingkat Kemandirian
  Kondisi hubungan sosial dan komunikasi lansia yang mandiri pada umumnya berada pada kategori aktif.  Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan.  Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh orang lansia saja, tetapi juga dihadiri oleh warga setempat yang belum lansia.  Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut.  Kegiatan ini didukung oleh teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain ( Gulardi, 1999 ).
  Hasil analisis chi-square diperoleh χ2  = 8,556 dan tabel chi-  square dengan df = 2 pada taraf 5 % = 5,991. Hal tersebut menunjukkan bahwa chi-square hitung > chi-square tabel (8,556 > 5,991 ) yang berarti ada hubungan signifikan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia.
  Adanya hubungan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia ini disebabkan status sosial lansia akan mempengaruhi hubungan sosial yang dilakukan para lansia yaitu mereka mengacu pada teori pertukaran social.  Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial.  Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain.  Lebih lanjut dikatakan oleh Soejono Soekamto ( 1997 ) bahwa interaksi sosial todak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi 2 syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

d.      Keterbatasan Penelitian
  Keterbatasan penelitian adalah keterbatasan atau hambatan dalam melakukan peneliitian.  Ada beberapa hambatan dan kelemahan yang dihadapi peneliti saat dalam melakukan penelitian, yaitu :
1)      Penelitian yang menggunakan angket, hasil yang di dapat belum tentu valid karena tidak menutup kemungkinan semua jawaban dari lansia itu jujur.
2)      Saat peneliti melakukan observasi, kadang belum tentu benar karena peneliti hanya melihat dari tingkah laku dan penampilan fisik lansia saja.  Sehingga kesimpulan apa yang dilihat peneliti belum tentu sesuai dengan keadaan atau kondisi lansia yang sebenarnya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
  Berdasarkan hasil analisis mengenai hubungan status kesehatan, ekonomi, dan sosial terhadap tingkat kemandirian di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang, dapat penulis simpulkan :
1.      Tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas sebagian besar         ( 54,5 % ) tingkat kemandiriannya kurang mandiri dan lansia yang tingkat kemandiriannya mandiri sebanyak ( 45,5 % ).
2.      Ada hubungan yang signifikan antara status kesehatan dengan tingkat kemandirian lansia.
3.      Tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan tingkat kemandirian lansia.
4.      Ada hubungan yang signifikan antara status sosial dengan tingkat kemandirian lansia.

B.     SARAN
1.      Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
                       Ada hubungan antara status kesehatan, ekonomi, dan sosial terhadap tingkat kemandirian lansia di Dusun Campurejo Atas Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang diharapkan agar Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kabupaten Magelang untuk meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat khususnya pengurus lansia tentang akan pentingnya status kesehatan, ekonomi, dan sosial pada lansia sebagai pengasuh dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kemandirian lansia.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
                       Hasil penelitian hendaknya dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum yang ditekankan pada pengembangan ekonomi dan hubungan sosial pada lansia terhadap tingkat keandirian lansia.
3.      Bagi Profesi Keperawatan
  Hasil penelitian dapat memberikan masukan pada profesi keperawatan untuk perkembangan kemampuan anggota profesi melalui jalur peningkatan pengetahuan tentang status kesehatan, ekonomi, dan sosial pada lansia untuk meningkatkan tingkat kemandirian lansia.
4.      Bagi Peneliti Berikutnya
  Dengan mempertimbangkan faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lain yang mempengaruhi atau berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia.
 
DAFTAR PUSTAKA

Armette Giesler Lueckenotte, MS, RN, CS ( 1997 ), Pengkajian Gerontologi,       Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.


Budi Anna Kelliat MApp Sc. Dkk ( 1995 ), Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut, Depkes RI, Jakarta.

               
Cici Lilis Heri ( 2001 ), Faktor Penentu Lansia Bekerja Warta Demografi, EGC, Jakarta.


Gulardi ( 1999 ), Teori Pertukaran Sosial, EGC, Jakarta.


Hurlock, Elizabeth ( 1994 ), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta.


Jacob, Sumarjo ( 1997 ), Orang Baik Sulit Dicari, Penerbit ITB, Bandung.


Ketut, Luh, Suryani ( 1999 ), Kesehatan Fisik dan Mental Usia Lanjut di Bali, EGC, Jakarta.


Koswara ( 1991 ), Teori – teori Kepribadian, Eresco, Bandung.


Setiati, Siti ( 2000 ), Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan Untuk Mengasuh Orang Usia Lanjut, FKUI, Jakarta.


Trimarjono ( 1997 ), Pemantapan Kebijakan Tentang Peningkatan Kualitas Lanjut Usia, BKKBN, Jawa Timur.


Wahjudi Nugroho ( 2000 ), Keperawatan Gerontik : Copy Editor Lia Astika Sari, Edisi 2, EGC, Jakarta.


Wayan, Murjana Yasa ( 1999 ), Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut, EGC, Jakarta


Wirakartakusumah ( 2000 ), For Elderly Welfare, Dokumen RAN Lansia, Jakarta.


Wirakartakusumah, Anwar ( 1994 ), Aging in Indonesia Demographic, EGC, Jakarta.